Jumat, 11 Juni 2010

Harapan Saat Tiada Harapan

Kesulitan ekonomi yang semakin memperbanyak jumlah orang miskin di negeri muslim ini, akan akan ada perpanjangan sampai tahun 2033.
Kalimat itu bukan asal ngecap, tetapi berdasar pada kajian para ahli dengan sumber data resmi dan valid. Terlalu banyak kejahatan terhadap rakyat yang dilakukan secara sistematis.
Kasus terbesar perampokan terhadap negeri, terhadap uang rakyat yang dilakukan secara masal oleh orang-orang 'cerdas' negeri ini dan dengan berdasar pada sistim yang telah direkayasa adalah kasus yang sudah lama dan mencuat kembali hari ini. Yaitu kasus BLBI yang semula untuk menyehatkan perbankan nasional, justru membuat negeri ini sakit dan menjelang sekarat.
Datanya mengerikan, merinding mendengarnya, menangis membacanya. Mengingat rakyat yang sekarat hanya sekadar membeli makanan seharga sekian ribu rupiah saja. Sementara hak mereka ratusan triliun dirampok dengan 'elegan' dan tersistematis.
Dana BLBI Rp 144,7 Triliun, OR (Obligasi Rekapitalisasi) sekitar Rp 431,6 Triliun. Angka tersebut jika ditambah dengan bunga yang harus dibayarkan oleh pemerintah maka akan mencapai Rp1.031 Triliun. Jumlah ini akan terus membengkak jika pemerintah melakukan pengunduran jadwal atas pembayaran pokok maupun bunga obligasi tersebut. Dalam skenario yang paling buruk, nilai total obligasi rekap yang harus dibayar pemerintah mencapai Rp. 2.000 Triliun. Angka sebesar itu dibebankan ke APBN sehingga sangat tidak sebanding dengan yang diberikan kepada masyarakat negeri ini. Justru negara harus konsentrasi membayar utang dan bunga kepada para perampok. Aneh memang.
Kalau saja ada satu lembaga negara yang amanah, maka mungkin masih ada harapan masyarakat ini untuk mengambil harta mereka. Ternyata harapan itu hampir musnah. Para presiden negeri ini telah mengampuni para perampok itu. Hukum yang harusnya menjerat justru menjerat para jaksa agungnya dalam kasus ini. MA tempat harapan terakhir keadilan juga mengeluaran keputusan yang telah dianalisa para pakar bahwa itu adalah keputusan yang manipulatif dan konspiratif. Legislatif yang katanya wakil rakyat sudah banyak yang sepakat untuk mendukung keputusan pemerintah yang kacau itu. Semuanya tidak lepas dari kasus bagi-bagi kekayaan rakyat itu.
Semua diam. Rakyat semakin tidak punya harapan.
Masih adakah harapan pada negeri ini.
Saat kejahiliyahan rata di negeri Arab ketika itu. Allah memunculkan generasi muda yang tidak tercemari oleh sistim dan ada di luar sistim. Karena sistim yang ada saat itu tidak bisa diharapkan.
Harapan itu berawal dari kehadiran seorang pembawa cahaya dan perubahan, Nabi terakhir yang saat itu berusia 40 tahun. Mereka yang ada di sekelilingnya adalah anak-anak muda yang memang sudah tidak bisa berharap dari yang tua. Abu Bakar 3 tahun lebih muda dari Nabi. Umar 13 tahun lebih muda. Utsman 6 tahun lebih muda. Ali 30 tahun lebih muda.
Mereka para pionir perubah awal itu. Generasi muda di luar sistim. Lokomotif perubah. Seonggok Harapan di saat tiada harapan lagi.
Allahu al-Musta'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar